Sebab-sebab Penyimpangan dari Aqidah yang benar
13.27 | Author: Abu Nabilah Al Makassary
Pada tulisan sebelumnya telah disebutkan tentang bahaya yang diakibatkan oleh aqidah yang menyimpang, maka pada tulisan kali ini kami akan mengetengahkan kepada para pembaca tentang penyebab seseorang menyimpang dari aqidah yang benar. Sebab-sebab tersebut antara lain :  
1. Sumber pengambilan aqidah yang keliru.
Seperti mereka yang menjadikan ilmu kalam (ilmu mantiq) dan filsafat sebagai referensi aqidahnya. sementara para salaf as sholeh (pendahulu ummat islam yang sholeh) sama sekali tidak mengenal apalagi sampai menjadikannya sebagai rujukan dalam hal aqidah, padahal merekalah kaum yang dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman :
    وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ 
    "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar".(QS. At Taubah :100). 

    Imam Abul Fida Ibnu Katsir mengatakan :" Allah Ta'ala mengabarkan tentang keridhoannya kepada para pendahulu ummat ini baik dari kalangan muhajirin, anshor, dan yang mengikuti mereka dengan baik, merekapun ridho kepada Allah terhadap apa-apa yang telah disiapkan bagi mereka berupa surga yang penuh dengan kenikmatan nan abadi" (tafsir Al Quranil Adziim : 2/382.

    Nabi Sallalahu Alaihi wasallam bersabda 
    خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ 
    "Sebaik-baik manusia adalah yang hidup di zamanku, kemudian yang hidup di zaman setelahnya, kemudian yang hidup di zaman setelahnya ….".(HR. Bukhari No. 2458 & Muslim No.4601). 

    Bahkan para ulama yang dikenal dengan istilah Imam mazhab yang empat menolak dan membenci ilmu kalam. Imam Abu Hanifah Rahimahullah pernah ditanya oleh Nuh Al Jami' : "bagaimana pendapatmu tentang istilah-istilah yang dibuat oleh manusia dalam al a'radh dan al ajsam?". Beliau menjawab:
     مقالات الفلاسفة عليك بالأثار وطريقة السلف وإياك وكل محدثة فإنها بدعة 
    "Itu adalah perkataan-perkataan ahli filsafat. Wajib bagimu untuk mengikuti atsar (hadits) dan jalannya para salaf (pendahulu ) dan jauhilah setiap yang diada adakan (dalam agama) karena itu adalah bid'ah".(Dzammut ta'wil, Ibnu Qudamah al Maqdisi :1/32). 
    Beliau mencela ilmu kalam, bukan hanya karena istilah-istilah seperti al a'radh dan al ajsam, akan tetapi karena makna yang diinginkan dari istilah-istilah tersebut adalah batil.

    Imam Malik Rahimahullah pernah berkata : "jauhilah bid'ah-bid'ah itu !". lalu beliau ditanya tentang bid'ah tersebut, lalu beliau menjawab :

    أَهلُ البِدَعِ هُم الذينَ يتكلمونَ في أَسماء اللهِ وصفاتِهِ وكلامِه وعلمه وقُدرتِه ، ولا يَسْكُتونَ عمَا سَكَت عَنهُ الصحابةُ والتابعونَ لهم بإِحسان 
    "Ahli bid'ah adalah orang-orang yang membicarakan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, firman-Nya, ilmu-Nya dan taqdir-Nya, mereka tidak mendiamkan apa yang telah didiamkan oleh para sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik." (Al Wajiiz fii Aqidatis salaf as sholeh hal. 57). 

    Imam Asy Syafi'I Rahimahullah pernah mengatakan :
    حُكْمي في أَصْحابِ الكَلامِ أَنْ يُضرَبوا بالجريد ، ويُحْمَلوا عَلَى الإِبلِ ، ويُطاف بهم في العشائرِ والقَبائلِ ؛ ويقال هذا جَزاءُ مَنْ تَرَك الكتابَ والسنة ، وأَخَذَ في الكَلام 
    "Hukumanku kepada ahli kalam adalah mereka dipukul dengan pelepah kurma, lalu mereka dinaikkan diatas unta, kemudian diarak mengelilingi suku-suku dan kabilah-kabilah, dan dikatakan kepada mereka inilah balasan bagi siapapun yang meninggalkan Al Qur'an dan As Sunah dan mengambil ilmu kalam" .(Al Wajiiz fii Aqidatis salaf as sholeh hal. 179-180). 

    Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah juga pernah mengatakan :
    لا يتعلم الجدال فإن الكلام في القدر والرؤية والقرأن وغيرها
    من السنن مكروه ومنهي عنه لا يكون صاحبه وإن أصاب بكلامه السنة من أهل السنة حتى يدع الجدال ويؤمن بالأثار 
    "Tidak boleh seseorang belajar debat, karena membicarakan (memperdebatkan) tentang taqdir, melihat Allah dan Al Qur'an termasuk cara-cara yang dibenci dan dilarang, pelakunya bukan ahlussunnah meskipun ucapannya sesuai dengan sunnah, sampai ia meninggalkan perdebatan dan beriman dengan atsar".(Ushul as Sunnah hal 20). 

    2. Kebodohan terhadap aqidah yang benar. 
    Ini karena tidak adanya kemauan (enggan) atau kurangnya minat dan perhatian untuk mempelajari dan mengajarkannya. Sehingga lahirlah generasi yang tidak mengenal aqidah yang benar, tidak pula mengetahui apa saja yang bertentangan sekaligus membatalkan aqidah tersebut. Akibatnya kebenaran akan diyakini sebagai kebatilan dan kebatilan akan diyakini sebagai kebenaran.  
    Ummat islam saat ini dengan mudahnya dapat dibodoh-bodohi oleh musuh-musuhnya dengan cara pemutar balikan sejarah, sehingga muncullah keyakinan yang batil, baik yang berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip pokok dalam akidah, seperti al wala' wal bara' (kecintaan & kebencian) terhadap suatu kaum ataupun individu tertentu. Kaum syi'ah misalnya, dengan getol melancarkan hadits-hadits dusta tentang kepemimpin Ali bin Abi Tholib Radiyallahu Anhu setelah Rasulullah dan menganggap ketiga khalifah sebelumnya adalah pengkhianat. _wallahu musta'an_.  

    3. Fanatik terhadap ajaran yang dianut dan diamalkan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. 
    Padahal kalau ditelusuri asal muasal dari ajaran tersebut, tidak ditemukan sandaran baik dari Al Qur'an maupun dari As Sunnah yang shohih, anehnya ketika mereka diajak untuk kembali kepada wahyu dan meninggalkan ajaran yang keliru lagi batil, dengan serta merta mereka mengatakan "inilah ajaran nenek moyang kami". atau  jawaban yang semakna dengan itu. Dalam hal ini Allah Ta'ala berfirman :
    وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ 
    "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".(QS. Al Baqarah :170).

    وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ 
    "Dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak- bapak Kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya Kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".(QS Az Zukhruf :23).

    4. Taqlid buta.
    Yaitu mengikuti atau mengambil pendapat-pendapat manusia dalam permasalahan aqidah, tanpa mengetahui dalil dan landasan mereka, serta sejauhmana kebenarannya. Sebagaimana kenyataan yang dijumpai pada kelompok-kelompok sempalan, seperti Jahmiyah, Mu'tazilah, Asyairoh, sufi yang mana aqidah mereka berlandaskan ilmu kalam (ilmu mantiq) dan filsafat, serta mimpi-mimpi.  

    5. Ghuluw (berlebih-lebihan).
    Seperti yang dilakoni oleh orang-orang yang mengkultuskan para wali dan orang-orang sholih secara berlebihan. Berkeyakinan bahwa mereka mampu memberikan manfaat dan menolak mudhorat, menunaikan kebutuhan dan menjawab doa, serta menjadikan mereka sebagai perantara antara Allah dan mahluk-Nya, padahal semua hal tersebut tidak ada yang memiliki kekuasaan untuk melakukannya kecuali Allah subhanahu wa ta'ala. Bahkan mereka melakukan ibadah kepada para wali dan orang-roang sholeh tersebut, dengan menyembelih, berdoa, memohon pertolongan dan bernadzar sebagaimana yang terjadi pada para pengagung kubur di zaman ini. Padahal Nabi Sallalah alaihi wasallam bersabda :
    يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ 
    "Jauhilah kalian dari ghuluw (belebih-lebihan) dalam Agama, karena yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah ghuluw dalam beragama (HR. Ibnu Majah No.3020 dari Sahabat Ibnu Abbas Radiyallahu anhuma, dan dishohihkan oleh Syeikh Al Albani dalam shohih wa dho'if sunan Ibnu Majah no.3029).  

    6. Lalai dari mentadabburi ayat-ayat Allah, baik yang terbentang dijagad raya (kauniyyah) maupun yang terdapat dalam kitab-Nya (syari'yyah). 
    Seperti mereka yang terpesona dan terlena oleh gemerlapnya dunia. Padahal Allah Ta'ala telah menyebutkan hakikat dibalik "keindahan" dunia tersebut dalam firman-Nya :
    وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ  
    "Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". (QS. Ali Imron :185).
    وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ 
    "Dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?(QS. Al An'am :32). 


    Sehingga, mereka mengira bahwa semua yang telah didapatkan, semata-mata berasal dari usaha dan kerja keras manusia dan bukan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Manusialah yang diagungkan, semua nikmat yang diperoleh disandarkan kepada hasil usaha dan perbuatan manusia semata. Sebagaimana yang dikatakan oleh Qorun :"saya dianugrahi harta ini karena ilmu yang kumiliki" (QS. Al Qashhash :78). 
    Mereka tidak memikirkan dan memperhatikan kebesaran pencipta sekaligus pemberi nikmat tersebut. Dialah Allah yang menciptakan segala sesuatu baik yang di langit, bumi dan apa diantara langit dan bumi, serta maha mengetahui apa yang dilakukan oleh mahluk-Nya. Allah berfirman :
    وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ 
    "Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat ". (QS. Ash Shoffat :96). 
    Dan firman-Nya :
    أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ 
    "Dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah". (QS. Al A'raf :185). 

    7. Rumah tangga (keluarga) yang hampa dari ajaran Islam. 
    Kurang atau bahkan tidak adanya kepedulian orang tua terhadap pendidikan agama Islam bagi anak-anaknya. Padahal orang tua mempunyai andil terbesar dalam menentukan lurus tidaknya jalan hidup anak-anaknya. Nabi sallalahu alaihi wasallam bersabda :
    كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ 
    "Setiap anak yang lahir, dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia sebagai yahudi, nasrani atau majusi".(Muttafaq alaih, dari Abu Hurairah radiyallahu anhu). 

    8.Tidak tepatnya kurikulum pendidikan dan rusaknya berbagai media informasi. 
    Seperti kurikulum-kurikulum pendidikan yang diterapkan di berbagai negeri islam, sangat minim pembelajaraan agama. Alokasi waktu pelajaran agama di sekolah maupun di perguruan tinggi hanya pada kisaran 2 x 45 menit setiap pekannya. Sehingga para siswa dan mahasiswa hanya "kenyang" dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi, sementara disisi lain aqidahnya rusak, akhlaknya bobrok, dan ibadahnya kacau. Ditambah lagi dengan menyebarnya berbagai media informasi yang sarat dengan pendangkalan aqidah. Media elektronik (televisi, radio dan semisalnya) mempertontonkan dan memperdengarkan siaran-siaran yang mengandung kesyirikan (seperti :"penampakan jin"). Sehingga tontonan menjadi tuntunan, sebaliknya tuntunan hanya sekedar tontonan belaka. Media cetak (Koran, tabloid, majalah dan semisalnya) tidak ketinggalan dengan kolom "ramalan astrologi" dan iklan untuk mendatangi paranormal/orang pintar). Semuanya memberikan andil yang sangat besar dalam merusak aqidah kaum muslimin, Allahu musta'an, wa nas'alullah al aafiyah was salaamah.

    (Referensi utama : Aqidatut Tauhid karya Asy Syeikh DR. Sholih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan hafizahullah)
    |
    This entry was posted on 13.27 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.